Gula Aren Kearifan Lokal Masyarakat Gunung
Gula adalah karbohidrat sederhana penghasil energi bagi tubuh baik dalam bentuk glukosa, sukrosa maupun fruktosa. Dari aspek perdagangan gula merupakan salah satu dari lima komoditas strategis nasional (padi, jagung, kedelai, daging sapi dan gula). Berbagai tanaman penghasil gula adalah maple, bit, stevia, tebu, keluarga Palma (kelapa, nipah, aren/enau) dan kini banyak juga diproduksi gula jagung.
Aren dan masyarakat gunung
Bagi masyarakat gunung, keberadaan tanaman aren sangat khas. Tatkala tanaman penghasil gula yang lain sulit di dapat, pohon aren tersedia, materi lokal berkah manis bagi masyarakat gunung. Sehingga gula aren menjadi bagian bersama gula berbahan baku non aren untuk memenuhi kebutuhan global. Rasanya sangat kurang fair untuk saling memperbandingkan karakter masing-masing gula dengan tujuan saling menjatuhkan, karena setiap jenis gula memiliki kekhasannya sendiri, dibangun dari materi dan budaya lokal.
Aren juga lekat dengan ungkapan keseharian ditengarai dengan istilah njanur gunung. Janur berarti daun kelapa yang masih sangat muda yang berwarna kuning muda, karena di daerah gunung yang cukup tinggi dari permukaan laut, kelapa tidak dijumpai namun pohon aren, maka janur gunung merujuk pada aren, sebuah ungkapan untuk kadingaren, atau tumben (sesuatu yang tidak biasanya). Tanaman aren juga tak lepas dari hikayat, penuturan pendidikan budi pekerti secara tidak langsung.
Tanaman aren juga merupakan tanaman penguat lereng tebing gunung. Lereng bukit daerah hulu Rawa Pening di daerah Banyubiru, banyak lereng bukit di daerah Purworejo yang diperkuat oleh kehadiran tanaman aren.
Aren, putri gunung dan musang (penguatan dari tulisan di blog rynari)
Keterbatasan bahan baku nira aren berpangkal dari populasinya di alam yang tidak seimbang dengan kebutuhan, tanaman aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr) di kebanyakan tempat masih tumbuh alami belum ada tindakan budidaya massal. Populasi alami menyebabkan produktifitas nira aren persatuan luas belum optimal. Selain itu biji aren memiliki masa dormansi yang cukup lama yang bervariasi antara 4-12 bulan.
Masa dormansi yang panjang ini disebabkan oleh kulit biji yang sangat keras dan sangat kedap air. Selain itu terdapat zat penghambat pertumbuhan dalam biji aren. Secara alami masa dormansi itu merupakan bagian keAgungan, kebijaksanaan alam berupa pengaturan keseimbangan alam agar masing-masing jenis tanaman tidak saling mendominasi, menjaga diversitas atau keanekaragaman.
Peran musang dalam penyebaran dan pengembangbiakan biji aren juga unik. Aroma buah aren yang sudah masak mengundang musang memakannya, biji aren yang ikut masuk ke dalam lambung musang akan mengalami masa fermentasi terendam dalam asam lambung yang sangat masam, kulit biji mengalami pelunakan alami dan saat dikeluarkan bersama faeces musang biji tersebar di tempat lain. Biji yang telah mengalami pelunakan tersebut menjadi lebih mudah diimbibisi air, air menyapa inti kehidupan yang tersimpan biji seperti pangeran membangunkan sang puteri tidur.
Masa tidur atau dormansi biji aren dapat diperpendek dengan mengadopsi proses dalam lambung musang. Prinsip dasarnya adalah bagaimana melunakkan kulit biji aren yang keras. Perlakuan kombinasi fisik, kimia dan biologis dapat diterapkan. Beberapa pakar menerapkan pengamplasan, yang lainnya merendam dalam asam ataupun memeramnya dalam kondisi lembab dan gelap. Hal lain yang juga penting adalah media pembibitan yang menopang. Selain itu juga telah diintroduksi tanaman aren umur genjah yang cepat berbuah. Budidaya aren yang lekat dengan pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat gunung.
Dari meninggur hingga manikur
Meninggur merupakan proses awal membuat gula aren (demikian postingan Uni Evi yang memukau). Meninggur bertujuan untuk melonggarkan pembuluh tapis dalam tangkai bunga hingga melancarkan aliran nira saat disadap/dideres. Berbagai cara dilakukan secara fisik dengan cara tangkai bunga diayun/digoyang hingga dipukul secara berkala, diperlukan kombinasi kesabaran dan kekuatan. Tidak hanya upaya fisik, dibarengi upaya spiritual pembacaan mantera (Sumut, Minangkabau). Budaya Minangkabau tempo dulu menyertakan ratok, ratapan puitis dalam ritual meninggur.
Pemrosesan nira menjadi gula melibatkan proses pengentalan dilanjutkan kristalisasi ataupun pencetakan tergantung dari produk akhir yang diharapkan. Perajin aren memanfaatkan materi lokal sebagai bahan pengeras semisal tatal nangka di daerah Jawa Tengah untuk membantu proses dari nira menjadi gula cair ke produk akhir. Setiap daerah memiliki pengetahuan dan kearifan lokal khasnya dalam berolah gula aren.
Manis dan wanginya gula aren pada gilirannya menjadi sarana berkah kemakmuran bagi perajin maupun yang terlibat dalam mata rantai perdagangan gula aren. Pepatah ada gula ada semut, penghasilan tinggi perajin gula semut aren inipun akan dikerubuti oleh aneka tawaran pola hidup konsumtif elit mulai dari tawaran kredit panci hingga tawaran menikur pedikur. Tak aneh lagi bila pagi sore meninggur, siang menikur ….
Menegaskan bahwa budidaya aren dan memanen nira adalah bagian dari ibadah, bagaimana berkah dari Sang Maha Pemurah tercurah melalui kerja keras dan bersinergi dengan alam. Gula aren kearifan lokal masyarakat Gunung
Diversifikasi gula sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, untuk itu apresiasi yang luar biasa bagi pegiat aren, diantaranya Diva arenga yang menjadi sarana berkah bagi pengrajin gula aren. Trimakasih sharingnya melalui blog apik inspiratifnya.
[Postingan ini sebagai apresiasi kepada Diva Arenga melaui First Give Away: Jurnal Evi Indrawanto]
[Catatan: Terima kasih Uni Evi sang Diva Arenga dan Uncle Lozz sang juri yang menyematkan apresiasi apik atas postingan ini. Salam]
Ping balik: The Real Arenga Gula Aren ~ Blog Arenga Indonesia
Ping balik: Antara Kolang-kaling dan Kambing | RyNaRi
Ping balik: Pesona Selasar Kenangan Bunga Persahabatan | RyNaRi
aku kok rasanya baru pertama kali ke blog ini ya bu? beda sama yg biasanyakah?
Wah..lama ngak mampir karena lama hiatus jadi ngak sempat ngikuti artikelnya..sukses mbak yach
Waaah, ikutan GAnya mbak Evi juga ya. Udah ada pengumuman pemenangnya tuh. Cek aja kali dirimu termasuk didalamnya 🙂
Kampung saya dekat pesisir pantai dan banyak juga pohon arennya. Sayangnya, banyak yang menyalahgunakan air dari pohon aren ini untuk buat arak yang memabukkan. Waktu masih kecil saya sering liat proses pembuatan gula aren 🙂
Salam kenal
Kayaknya saya baru pertama kali dolan sini ya mbak Prih. dan disuguhi artikel yang begitu legit seputar gula aren. Serasa merangkum semua tulisan mbak Evi tentang gula aren.
terima kasih sudah menyemarakkan GA mbak Evi.. sudah tercatat sebagai peserta ya.
salam kenal buat mbak Prih deh.. atau saya udah kenal kali ya hehe
Betul sekali Mbak Prih. Prosesing gula aren saat ini masih mengandalkan kearifan lokal, belum ada teknologi canggih yg terlibat di dalamnya.
Dan apresiasi setinggi-tingginya Mbak Prih, ikutan GA yang pastinya sesuatu jarang di lakukan. Makasih ya Mbak 🙂
xixi, jika selesai meninggur.. setelah itu tinggal menikur pedikur ya bu.
seperti dibilang sama nak Pur, bhw ibu jarang ikut GA.. jadi ini spesial banget.
sukses buat ibu..!.
ada banyak informasi baru yang saya pelajari tentang aren dari postingan ini bu Prih … termasuk peran musang itu …
Menurut saya, tulisan ini terasa spesial. Jarang2 bu Prih ikutan GA … 😀
Semoga sukses ngontesnya ya bu Prih …