Belajar Menulis Buku
Halaman ini untuk dokumentasi pembelajaran menulis buku. Baik karya mandiri maupun kolaborasi. Sangat menyadari bahwa buku adalah bagian dari karya kepenulisan.
Buka karya mandiri
Buku mandiri ke 3
Buku mandiri ke 2
Gendhuk Limbuk dijumpai di pewayangan Jawa. Berkedudukan khusus sebagai emban, dayang ataupun rewang alias abdi yang khusus membantu di kaputren (kaputrian). Namun sesungguhnya Gendhuk Limbuk bukan abdi yang disuruh-suruh melulu, kedudukannya mengandung unsur para panakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang mendampingi klan Pandawa ataupun Togog Tejamantri pembisik kebenaran bagi klan Kurawa. Bila keluarga Semar dan Togog berada di jalur kasatriyan, Gendhuk Limbuk dan Simbok Cangik menggawangi jagad kaputren, keseimbangan gender yang dirakit elok oleh dunia pedalangan. Gendhuk Limbuk juga merupakan simbol keseharian, betapa setiap titah adalah Limbuk kehidupan, ada di setiap keaadaan.
Selamat membaca buku ini Gendhuk Limbuk (Belajar Kearifan Lokal dari Lingkungan Sekitar). Semoga bermanfaat. Judul buku: Gendhuk Limbuk (Belajar Kearifan Lokal dari Lingkungan Sekitar) • Penulis: Suprihati • Penerbit: Sixmidad (Bogor, Agustus 2015) • Tebal: vi + 91 halaman• ISBN: 978-602-0997-13-1
Buku mandiri perdana
……….. Kehidupan kebon keseharian kitapun tidak jauh berbeda dengan rumpun gerbera tersebut. Ada perbedaan corak, gaya yang saling dipadukan. Dalam rumpun paling kecil di rumpun keluarga, ada aneka gaya dari pasangan orang tua maupun para anak. Janji dua pribadi menyatupun tak bermakna menyatukan gaya dan ekspresi. Para anakpun bukan duplikat dari pribadi orang tuanya, mereka adalah pribadi unik yang sedang berkembang. Adakalanya keharmonisan relasi terusik, sentuhan warna kuning dan pink saling bertabrakan. Dengan belajar dari keharmonisan gerbera tiga warna, rumpun keluarga kitapun dapat memancarkan keindahan……………….
Buku karya kolaborasi
Kolaborasi ke 9 bersama Inspirasiana
Kolaborasi ke 8 bersama Inspirasiana
Kolaborasi ke 7 bersama Smart Farming
Kolaborasi ke 6 bersama para teruna: Dari Kelas ke Kompasiana
Keterampilan menyampaikan gagasan secara tertulis sangat diperlukan kehidupan semesta, mempublikasikannya mempercepat dan memperluas jangkauan pembacanya. Mahasiswa sebagai calon pemimpin, agen pembaharu bangsa perlu mendapat pengalaman praktis melakukannya. Melalui sedikit modifikasi model perkuliahan dan bekerjasama dengan kompasiana platform blog yang bersifat universal tujuan ini dilaksanakan.
Buku Mozaik Kata Teruna Kebun berupa Bunga Rampai Pemikiran Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW disusun melalui penugasan perkuliahan yang diampu pengajar (Suprihati). Buku ini merangkum karya mahasiswa tingkat pertama (Tama) hingga keempat (Wredha) bahkan mahasiswa Pascasarjana. Karya yang dibukukan adalah artikel yang mendapat label pilihan dan artikel utama dari edtor Kompasiana.
Semoga buku ini bermanfaat, setidaknya menjadi penyemangat mahasiswa untuk senantiasa berlatih meningkatkan ketrampilan menyampaikan gagasan tertulis dan mempublikasikannya. Selamat membaca.
Salatiga, medio Maret 2018 Penyunting
Kolaborasi ke 5 bersama teruna magister
Pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) bermula dari pengengembangan upaya peningkatan produktivitas padi di kawasan Asia. Padi memerlukan input hara yang mencukupi untuk memenuhi pertumbuhan dan mencapai target produksi. Pengelolaan hara didasarkan pada pemahaman neraca hara yang mencakup pemahaman neraca input baik yang berasal dari indigeneus input maupun input eksternal dan aliran hara keluar baik yang terangkut melalui hasil panen maupun proses-proses yang menyebabkan kehilangan hara.
Dalam perkembangannya pendekatan PHSL ini tidak hanya diterapkan pada budidaya padi sawah, di Indonesia dikenal PHSL jagung, PHSL kedelai. Pendekatan PHSL memadukan kebutuhan hara tanaman pada setiap stadia pertumbuhannya dengan kemampuan tanah menyediakannya. Pemahaman ketepatan sumber hara, banyaknya hara atau dosis, waktu pemberian serta penempatan hara sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi PHSL.
Secara makro, implementasi PHSL merupakan komponen dari precision agriculture yang dapat digunakan pada beragam tanaman maupun lahan. Integrasi data analisis tanah yang akurat, tingkat hasil tanaman yang diharapkan, monitoring pertumbuhan tanaman maupun data cuaca serta pengelolaan pupuk yang diperiksa secara berkala. Perkembangan pertanian kini merambah era precision agriculture. Buku ini mengulas tentang PHSL komponen precision agriculture; PHSL untuk tembakau Sindoro Sumbing; teknik pengelolaan hara Fe pada lahan sawah berkadar Fe tinggI; kajian penggunaan pupuk rekomendasi spesifik lokasi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi varietas unggul di Jawa Tengah; hubungan jangka panjang antara pemupukan dan tanah dan the story of Andisol. Selamat membaca.
Kolaborasi ke 4 bersama tim penelitian gandum
Kolaborasi ke 3 bersama tim penelitian Kearifan lokal gunung
Kegiatan budidaya tanaman pada dasarnya proses memanen energi surya melalui sejumlah proses yang berlangsung di pabrik yang bernama tanaman. Begitu bibit ditanam sejumlah faktor berinteraksi yaitu faktor individu bibit, tanah dan iklim. Faktor iklim merupakan faktor yang relatif sulit dikelola bersifat ‘given’ anugerah yang tiada terkira. Perubahan iklim global yang terjadi saat ini tidak akan membuat petani meratap dan berhenti bertani. Secara arif dan cerdas petani mempersiapkan diri memahami karakter sumberdaya iklim dan optimalisasinya dalam budi daya melalui pengelolaan OPT, pemanfaatan materi lokal semisal Tithonia diversifolia yang ada dengan tetap memperhatikan hasil analisis tanah secara praktis. Petani sangat menyadari bahwa perubahan iklim berdampak kepada produktivitas, kualitas hasil tanaman yang berujung pada pendapatan mereka. Selalu ada disguise blessing (berkah tersembunyi) dari setiap kejadian. Mengantisipasi perubahan iklim, petani memadukan pengetahuan dan kearifan lokal pranata mangsa dengan peramalan iklim dan cuaca berbasis teknologi informasi. Secara kultur sosial petani belajar mengenal masalah dan risiko pertanian terkait iklim dan membuat program antisipasi di tingkat kelompok tani. Yah petani melakukan Sekolah Lapang Iklim (SLI), menterjemahkan informasi prakiraan iklim untuk menyusun strategi budi daya lebih tepat.
Bertani itu melukis bersama alam, kadang sambil menari atau menyanyi, tak jarang harus gigit jari (puisi tukang kebun).
Kolaborasi ke 2 bersama tim penelitian Kearifan lokal gunung
Gunung merupakan bagian integral dari alam kehidupan masyarakat. Gunung memberikan diri sebagai sumber materi sarana kehidupan secara langsung maupun pembelajaran filosofi tatanan kehidupan. Belajar pada Sang Gunung, belajar dari dan tentang gunung sebagai sumber kehidupan. Buku ini merupakan hasil pendekatan kajian Budidaya Pertanian berbasis Pengetahuan dan Kearifan Lokal pada Daerah Pegunungan. Untuk mempermudah pemahaman, buku ini dibagi menjadi 3 bagian: Bagian 1 Belajar dari Sang Gunung; Bagian 2 Gunung, Bencana dan Perubahan Iklim dan Bagian 3 Budidaya Pertanian di Pegunungan Berbasis Kearifan Lokal.
Kolaborasi perdana bersama para blogger